Saturday, October 6, 2012

10 Sumber Vitamin C Selain Jeruk

AppId is over the quota

KOMPAS.com - Jika membicarakan vitamin C, banyak orang langsung menunjuk buah jeruk sebagai sumbernya. Padahal, tak hanya jeruk yang kaya vitamic C. Ada banyak bahan makanan lain, baik buah maupun sayuran yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh hingga sebagai kandungan utama produk kecantikan kulit.

1. Pepaya
Satu buah pepaya ukuran kecil sekitar 157 gram memiliki 95,6 miligram vitamin C. Secangkir pepaya yang dihaluskan memiliki 140 miligram. Pepaya memiliki kandungan vitamin A tinggi, kaya folat dan serat.

2. Paprika merah
Satu cangkir isi paprika merah yang telah diiris memiliki 190,3 miligram vitamin C. Pada paprika hijau memiliki 119,8 miligram.

3. Brokoli
Satu porsi brokoli sekitar 148 gram mengandung 132 miligram vitamin C

4. Kubis
Dua cangkir kubis memiliki 160,8 miligram vitamin C. Bahan sayuran ini kaya vitamin A, C, dan K, serta fitonutrien dan serat.

5. Stroberi
Satu porsi stroberi 147 gram memiliki 86,5 miligram vitamin C

6. Kiwi
Satu porsi buah kiwi memiliki kandungan vitamin C sebanyak 137,2 miligram

7. Kembang kol
Satu kepala kecil kembang kol dengan diamete empat inci memiliki 127,7 miligram vitamin C

8. Mini kol (brussels sprouts)
Brussels sprouts memiliki 48,4 miligram vitamin c. Sayuran ini kaya riboflavin, zat besi, mangesium, vitamin A dan kaya serat.

9. Ubi jalar
Ubi jalar tidak memiliki vitamin C sebanyak jeruk. Tapi, bahan makanan ini bisa dipertimbangkan karena satu ubi jalar besar mengandung 35,3 miligram vitamin C.

10. Blewah
Sama seperti ubi jalar, Blewah juga tidak memiliki vitamin C sebanyak jeruk. Satu porsi blewah memiliki 49,2 miligram vitamin C.

Friday, October 5, 2012

Pengendalian Diri Kunci Cegah Kegemukan

AppId is over the quota

KOMPAS.com - Makanan manis memang terasa istimewa dan sulit ditolak jika sudah di dalam mulut. Pantas saja, anak-anak selalu tergiur mencicip coklat, permen, kue atau es krim meskipun orangtua telah membatasi. Namun, jika mampu mengendalikan memakan makanan manis sejak masih anak-anak, resiko bahaya obesitas ketika dewasa dapat dihindari.

Demikian diungkapkan sebuah penelitian yang didasarkan pada data 30 tahun lalu dari penelitian analisis dan perilaku terhadap 650 responden anak-anak. Sekitar tahun 1968 dan 1974, para peneliti memberi anak-anak ini makanan manis seperti kue dan marshmallow. Pada gilirannya, setiap anak diberitahu bahwa  mereka akan mendapatkan makanan kedua dengan syarat dapat menunda mengasup makanan pertama selama 15 menit.

Analisis lanjutan dari penelitian ini mengungkapkan anak-anak yang memiliki tingkat pengendalian diri kelak bakal bernasib lebih baik dalam bidang akademis maupun sosial. Mereka juga mampu melewati rintangan serta memiliki manajemen stres yang baik.

Para peneliti yang merupakan kumpulan dari ahli di Univeristas Wisconsin dan tempat lainnya ini kemudian fokus pada bentuk fisik, terutama kenaikan berat badan saat dewasa. Ketika para responden mencapai usia sekitar 30 tahun, para peneliti mengamati berat massa tubuhnya atau BMI. Peneliti menemukan kerusakan gigi akibat makanan manis akan tertunda setiap menit,  yang berhubungan dengan penurunan rata-rata BMI satu dekade kemudian. Laporan ini terlah diterbitkan di The Journal of Pediatric pada 16 Agustus 2012 lalu.

Tanya Schlam salah satu peneliti dari Universitas Wisconsin mengungkapkan intervensi dan metode ini dapat mengajarkan  anak-anak soal pengendalian diri. Pengendalian diri makan makanan manis sejak dini dapat menurunkan resiko anak menjadi gemuk kelak.

Waspadai Dampak Anestesi pada Bayi

AppId is over the quota

Kompas.com- Anak-anak dan bayi yang mendapatkan anestesi atau pembiusan untuk operasi beresiko mengalami gangguan kemampuan berkomunikasi. Dalam penelitian, gangguan itu tampak di usia 10 tahun. Kendati begitu, belum bisa dipastikan apakah penyebabnya adalah prosedur anestesi.

Anestesi biasanya dilakukan untuk terapi pengobatan hernia, sunat, operasi amandel, serta pengobatan telinga bagian dalam.

Penelitian mengenai bahaya anestesi dilakukan menggunakan data 2.600 anak yang lahir di Australia antara tahun 1989 dan 1992. Dari jumlah tersebut, 321 anak mendapatkan anestesi setidaknya satu kali sebelum mereka berusia tiga tahun.

Di usia 10 tahun, seluruh responden tersebut diberikan tes untuk mengukur kemampuan berpikir, bahasa, dan keterampilan motorik dan perilaku.

Hasilnya ditemukan tidak ada perbedaan antara gangguan perilaku atau fungsi motorik berdasarkan pernah tidaknya mereka mendapat anestesi di usia bayi atau balita.

Meski begitu, anak-anak yang mendapat anestesi dua kali, menunjukkan gejala kesulitan berbahasa dan sekitar 70 persen memiliki masalah dalam penalaran dibandingkan dengan kelompok non-anestesi. Para peneliti mengelompokkan "kesulitan berbahasa" sebagai di bawah standar nilai.

Penelitian pada bayi hewan menunjukkan anestesi bisa menyebabkan kematian sel-sel otak dan memengaruhi formasi sirkuit yang memungkinkan saraf-saraf saling berkomunikasi. Tetapi, belum jelas apakah hal yang sama juga terjadi pada otak anak-anak.

Berdasarkan studi tersebut, peneliti mengatakan secara umum perbedaan dalam kemampuan berbahasa dan nalar antara kedua kelompok tidak terlalu terlihat. Tetapi beberapa penelitian pernah menemukan kaitan antara anestesi pada usia anak-anak dengan gangguan perilaku lainnya seperti hiperaktif.

Yang harus dicatat, menurut peneliti, apabila anestesi memang terbukti menyebabkan gangguan dalam belajar, prosedur tersebut tetap diperlukan dalam operasi.

"Hasil riset menyebutkan bahwa anak tetap perlu dioperasi jika memang diperlukan. Namun anestesi berulang kali bisa meningkatkan risiko dalam jangka panjang," kata Dr.Caleb Ing, ahli anestesi dari Columbia University Medical Center, New York, AS.

Ing mengatakan saat ini sedang melakukan penelitian untuk mengetahui adakah perbedaan jangka panjang antara anestesi lokal atau anestesi umum. Karena itulah untuk saat ini belum diperlukan adalah perubahan dalam prosedur medis, khususnya untuk operasi.

Thursday, October 4, 2012

7 Kebiasaan Kecil yang Mempengaruhi Kesehatan

AppId is over the quota

KOMPAS.com - Apa yang kita lakukan sehari-hari bisa berdampak pada kesehatan. Terkadang, rutinitas yang terlihat sepele ternyata memberi pengaruh besar pada sehat tidaknya Anda. Berikut ini 7 rutinitas salah yang kerap dilakukan banyak orang.

1. Mengemudikan mobil sambil membuka jendela

Rasanya memang segar ketika Anda mengemudikan mobil sambil membuka jendela. Angin akan menghembuskan udara ke muka dan rambut. Namun, pernahkan Anda berpikir cara ini kurang tepat untuk paru-paru? Sebuah studi dari University of Southern California menemukan, jika enam persen waktu Anda dalam sehari utuk mengemudi dengan jendela terbuka, maka 45 persen polusi udara akan mengelilingi Anda selama 24 jam. Bayangkan polusi udara ini mempengaruhi Anda dalam waktu singkat.

2. Membawa tas tangan yang berat

Kebutuhan perempuan cukup banyak, dari alat make up, ponsel, kunci, kamera, dan masih banyak lagi. Semuanya ini dikemas dalam tas tangan sehingga menjadi lebih berat. Masalahnya, apakah Anda membutuhkan semua barang-barang di dalam tas tangan Anda? Membawa beban berat di pundak beresiko menyebabkan kejang, degenerasi, masalah leher, arthritis, serta postur tubuh yang buruk.

3. Berolahraga terlalu lama

Mungkin banyak orang berpikir berolahraga lebih lama dalam sehari akan semakin baik bagi tubuh. Padahal, terlalu banyak olahraga dalam satu kesempatan kurang tepat. Tubuh berkerja lebih keras dari biasanya yang menyebabkan perubahan hormonal. Perubahan ini memicu kenaikan berat badan, sistem kekebalan tubuh melemah, kerusahan otot, cedera pada lutut dan kaki dan masalah punggung.

4. Waktu tidur sedikit

Karena padatnya aktivitas, orang kadang merasa waktu 24 jam sehari tidak cukup. Sehingga banyak yang mengorbankan waktu tidur untuk bekerja dan melakukan banyak kegiatan lainnya. Penelitian ilmiah telah membuktikan, mereka yang memiliki waktu tidur sedikit akan terlihat pucat dan murung. Dampak dari kurang tidur ini akan terasa meski Anda sudah mengasup makanan sehat dan rutin berolahraga.

5. Menghindari timbangan

Banyak orang menghindar dari menimbang berat badannya karena takut hasilnya tidak sesuai harapan. Timbangan serasa menjadi momok. Padahal, keberadaan timbangan dapat membantu mengontrol pola makan dan gaya hidup Anda demi mendapatkan berat dan kesehatan yang ideal. Berpikirlah jika berat Anda naik lebih dari 5 kilogram, maka itulah saatnya mengendalikan kebiasaan makan Anda.

6. Terlalu khawatir

Ketika bangun di pagi hari, Anda mulai khawatir memikirkan bagaimana rapat kerja nanti, apakah pekerjaan Anda akan selesai tepat waktu, bagaimana peliharaan di rumah kalai ditinggal pergi dan banyak pikiran lainnya. Sikap terlalu khawatir seperti ini berujung pada rasa tertekan yang menyebabkan sakit kepala, tekanan darah tinggi, sakit perut, nyeri dada, dan kurang tidur.

7. Melewatkan sarapan

Lantaran terburu-buru, Anda melewatkan waktu sarapan dan bergegas untuk beraktivitas. Tidak sarapan berarti tubuh Anda lebih lamban, kurang aktif dan resiko kesehatan lainnya. Anda tidak perlu takut akan gemuk hanya karena sarapan. Aktivitas lanjutan setelah mengisi perut di pagi hari otomatis akan membakar lemak. Selain itu, sarapan membuat hari Anda lebih cerah dan merasa lebih bahagia.

Broccoli Perlambat Breast Tumor Growth

KOMPAS.com-In addition to rich in calcium, broccoli turned out to be very good for slowing the growth of tumor cells. Researchers take advantage of compound sulforaphane in broccoli. Previously this old green vegetables are known to increase the protective enzymes in indeed breast tissue, which can lower the risk of disease to arthritis to cancer.

Broccoli is a new protection mechanism was successfully released by researchers from the Institute of Food Research.
Sulforaphane has been obtained by the body when we consume vegetables, such as Broccoli cruciferous plant. Sulforaphane enters the bloodstream that circulated widely will trigger the immune system against carcinogens.

Dr. Maria Traka from IFR Norway says sulforaphane can help balance antioxidant in the body which counteract the effect due to the influence of diet, the environment, and carcinogens. In addition, the compound is able to stop the progression of the cancer stem cells that die of chemotherapy and radiation.

Aside from IFR, researchers from Johns Hopkins University and Sidney Kimmel Comprehensive cancer Center also examines the Sulforaphane for sufferers of breast cancer. To slow the growth of tumor cells and increases protective enzyme in breast tissue, patients were given Sulforaphane woman every day for two weeks. The Knight Center's Institute of Oregon, researchers investigating whether extracts of broccoli that drunk three times a day for two months to slow the growth of tumor cells.

Wednesday, October 3, 2012

Berenang Pakai Lensa Kontak, Gadis ini Buta

AppId is over the quota
Jennie berenang sambil mengenakan lensa kontaknya. Akibatnya, ia mengalami kebutaan pada mata kirinya.

KOMPAS.com - Sebagai pemakai lensa kontak, Jennie Hurst (28) asal Southampton, Inggris, menyadari pentingnya kebersihan lensanya demi mencegah infeksi pada mata. Dalam kesehariannya, Jennie selalu melepas lensanya mejelang tidur dan memastikan diri melakukannya dengan tangan yang bersih.

Selain melepas setiap malam, Jennie rajin mengganti lensa setiap dua minggu sekali. Ia membersihkan lensa kontak dengan larutan pembersih. Tak seperti teman-temannya yang membersihkan lensa dengan air di bawah keran atau membasahi dengan air liur.

Ironisnya, kini mata kiri Jennie buta karena infeksi yang serius. Penyebabnya, pada musim panas lalu ia berenang sembari masih mengenakan lensa kontaknya. Jennie memang kurang tahu resiko berenang dengan tetap berlensa kontak.

Malangnya, Jennie mengaku dia sebenarnya tidak suka berenang. Kali itu di sebuah kolam renang hotel, ia hanya berenang beberapa putaran saja. Wanita yang telah mengenakan lensa kontak selama lima tahun ini berpikiran simpel. Dia tetap mengenakan lensanya karena tak mau air masuk ke dalam matanya. Ia justru tidak tahu bahaya mengintainya.

Di dalam air terdapat acanthamoeba keratitis yang berasal dari amuba. Parasit ini tumbuh subur dan beresiko tinggi bagi pemakai lensa kontak jika mereka membersihkan lensa di air keran, atau berenang dan mandi dengan masih memakai lensa kontak. Ketika air mengenai mata, parasit ini akan terjebak antara lensa dan mata. Sangat besar kemungkinannya parasit bersembunyi di bola mata dan menyebabkan infeksi.

"Aku tidak tahu bahaya berenang dengan masih pakai lensa. Aku ingat ada air di mataku, tapi tidak berpikir jauh. Tiga hari kemudian, mata kiriku sensitif terhadap cahaya dan iritasi. Hari berikutnya rasa sakit terasa dan aku ke rumah sakit," ujar Jennie.

Di rumah sakit, Jennie dirujuk ke Rumah Sakit Spesialis mata di Southampton. Sementara ia diberi obat tetes mata dan diminta kembali seminggu kemudian.Sayangnya, seminggu berlalu tanpa ada perubahan. Jennie ditanya kegiatannya sebelum mendapati matanya iritasi. Kemungkinan berenang dengan memakai lensa kontak adalah penjelasan paling bisa diterima. Ia pun menjalani operasi pertamanya.

"Aku menghabiskan sebagian besar waktu di ruangan gelap. Kemudian, aku harus tinggal bersama orang tua karena tidak bisa berbuat apa-apa sendiri. Cahaya yang datang membuat mataku semakin sakit. visi benda juga kabur karena mataku berair," ceritanya.

Ahli mata mengatakan, Jennie adalah salah satu dari banyak orang muda yang menderita infeksi mata karena kurang pengetahuan soal pemakaian lensa kontak. Meskipun jarang terjadi, acanthamoeba keratitis bisa mengancam kesehatan mata. Organisme ini memakan korena dan menutup penglihatan, kata Parwez Hossain, dokter mata di Rumah Sakit Mata Southampton yang merawat Jennie.

Amuba ini dapat menembus bola mata, serta menyebabkan seseorang kehilangan penglihatan menyeluruh dalam beberapa minggu. Saat amuba ini menyerang sangat menyakitkan pasien karena serangannya langsung ke saraf kornea dan pengobatannya sendiri sangat menyakitkan.

Selain kasus Jennie, Hossain melihat kesadaran para pemakai lensa kontak masih rendah. Pemakain lensa diminta selalu menjaga kebersihan tangannya agar tidak beresiko untuk mata. Tangan harus dicuci dahulu dengan sabun dan air mengalir untuk menyingkirkan bakkteri, lalu dikeringkan dengan handuk basah. Lensa tidak bisa dicuci di bawah air keran serta harus rajin diganti setiap bulan.

Can Having Sex During Chemotherapy?

KOMPAS.com- Side effects of chemotherapy as one method of cancer treatment could be compromising the quality of the relationship the husband and wife. Included in it is the decrease in sexual activity. Physical condition with cancer is declining, while the psikisnya is interrupted such as irritability, not confident, and despair.

Timothy j. Moynihan, M.D., an expert in Oncology from the Mayo Clinic said patient and his partner, need to discuss it with their doctors. Although it is generally not a problem to have sex is done during the process of chemotherapy. You can still have sex feel able to do so during the.

According to Timothy, there are some important considerations for the record if you want have sex during chemotherapy. First, know what kind of cancer you have experienced. If the cancer is affecting Your sex organs, sex takes long. After the procedure and therapy, the doctor will recommend that you do not have sex until the healing process is complete.

Secondly, know what type of chemotherapy you receive. Certain types of chemotherapy effect changes to the lining of the vagina. If the vagina was hurt during sex is certainly more risky. Other types of chemotherapy with high doses, affects the immune system to the point of the bottom. If so, isn't the idea of either sex.

Third, is there any possibility of pregnancy? According to Timothy, if having sex result in pregnancy then it should delay first. Pregnancy is not recommended during chemotherapy. The effect of this method can potentially affect fetal development.

Fourth, if your partner is ready to accept an allergic reaction that may occur during the process of chemotherapy. Although likely minor, in theory, allergic reactions and on couples during sex might occur.

Lastly, measure the ability yourself if feel able to have sex. The chemotherapy was long draining You. Fatigue is certain to be one of the main side effects. At the moment myself very tired, are you willing to go through sexual activity with a partner?

Intimate relationship between husband and wife when one is undergoing chemotherapy not always expressed through sexual intercourse. There are other ways to keep it embodies compassion through simple acts such as kissing, hugging, berkegiatan along as well as always ready to be at his side.